Dawet adalah minuman tradisional Jawa yang ada sejak zaman Kerajaan Kediri pada abad ke-12 Masehi. Es dawet tidak hanya enak, tetapi juga menyimpan jejak sejarah dan budaya yang mendalam.
Dawet tercatat dalam kitab Kresnayana, yang menceritakan kisah percintaan Krisna dan Rukmini, menggambarkan kedekatan masyarakat Jawa dengan tradisi kuliner yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu.
Meskipun telah ada sejak era kerajaan, Dawet terus berkembang dan memiliki berbagai variasi yang menggambarkan keberagaman kuliner Nusantara.
Baca Juga: Sejarah Es Cendol, Minuman Tradisional Asia Tenggara
Penyajian Es Dawet Tradisional
1. Cendol
Penyajian pertama adalah minuman cendol. Cendol merupakan butiran hijau kecil yang terbuat dari tepung beras atau hunkwe. Cendol berbentuk seperti tetesan air berwarna hijau.
Minuman ini dibuat dari campuran tepung beras, tepung hunkwe, pewarna makanan (untuk warna hijau), dan air pandan.
2. Santan
Santan adalah cairan berwarna putih susu yang berasal dari parutan daging kelapa tua yang dibasahi, kemudian diperas dan disaring.
Cairan ini kaya akan lemak, terutama lemak jenuh.
Santan memberikan rasa gurih dan kaya pada dawet, menyeimbangkan rasa manis dari gula merah.
3. Gula Merah
Gula yang terbuat dari nira pohon kelapa atau aren yang diolah sehingga menjadi padatan dan berwarna coklat kemerahan sampai coklat tua.
Jenis gula ini merupakan pemanis alami yang sering digunakan dalam berbagai masakan dan minuman tradisional di Indonesia.
Gula merah dicairkan untuk memberikan rasa manis yang khas, membuat dawet memiliki rasa yang kaya dan menyegarkan.
4. Es Serut
Jenis minuman penyejuk yang dibuat dari es yang diparut atau dihancurkan dan disiram dengan sirup atau pemanis.
Es serut populer di berbagai negara, termasuk Indonesia, dan disajikan dengan berbagai macam topping.
Es serut menambah kesegaran pada dawet, es serut memberikan sensasi dingin yang menyegarkan, terutama pada cuaca panas.
Bahan ini dicampur bersama untuk menciptakan rasa gurih, segar, dan manis dalam satu gelas dawet yang nikmat.
Keberagaman Es Dawet Tradisional di Nusantara
Seiring dengan perjalanan waktu dan penyebaran budaya di berbagai daerah, dawet berkembang menjadi berbagai versi dan mempunyai ciri khasnya masing-masing.
1. Dawet Jabung Ponorogo
Merupakan asal dari semua varian Dawet yang ada, berasal dari Ponorogo yang dikenal memiliki manfaat menyembuhkan seseorang ketika sakit sejak era majapahit.
2. Dawet Ireng Purworejo
Varian es dawet selanjutnya datang dari Purworejo, tepatnya dari Kecamatan Butuh yang bernama es dawet ireng.
Ireng dalam bahasa Indonesia yakni hitam karena cendolnya berwarna hitam. Warna hitam berasal dari abu merang.
3. Dawet Semarangan
Sesuai dengan namanya, es dawet satu ini berasal dari Semarang. Bahan dasar pembuatan dawet ini adalah tepung beras.
Dawet ini memiliki ciri khas yaitu penambahan durian ke dalamnya, ditambah dengan tapai ketan dan juga potongan nangka yang membuat kelezatannya makin menggiurkan.
4. Dawet Telasih
Dawet telasih berasal dari Pasar Gede, Solo yang terkenal dengan penggunaan biji selasih yang ditambahkan dalam sajiannya.
Biji selasih memberikan sensasi menyegarkan dan kenyal pada setiap suapan dawet.
Makna Sosial Dawet Tradisional
Dawet bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga memiliki makna sosial dan budaya yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Dalam berbagai acara adat, dawet menjadi simbol perayaan dan persatuan.
Dawet sering dihidangkan dalam acara seperti syukuran atau acara perayaan keluarga sebagai simbol manisnya hidup dan rasa syukur atas rezeki diterima.
Pada masa lalu, dawet juga digunakan dalam berbagai ritual, di mana minuman ini dianggap dapat membawa keberuntungan.